Minggu, 16 Oktober 2016

PRAKTIKUM 1

Pada hari Jumat, 30 September 2016, kami melakukan praktikum di laboratorium rekayasa struktur.
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan uji kelayakan dan parameter dari material beton.
Untuk itu kami melakukan pengujian sebagai berikut :
1. Pemeriksaan berat volume agregat
2. Analisis saringan agregat halus dan agregat kasar
3. Pemeriksaan kadar organik dalam agregat halus
4. Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
5. Pemeriksaan kadar air agregat
6. Berat jenis dan penyerapan agregat            

Sebelum memulai praktikum, kami sebagai praktikan harus sudah mengenakan safety dan peralatan yang dipakai saat praktikum yaitu rambut diikat bagi berambut panjang, jas laboratorium, dan sepatu tertutup

1.      Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Tujuan percobaan
Menghitung berat volume agregat kasar, halus, atau campuran yang merupakan perbandingan antara berat material kering dan berat volumenya
Alat
- Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
- Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
- Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
- Mistar perata
- Sekop
- Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas berikut
Tabel Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Kapasitas
Diameter
Tinggi
Tebal Wadah Minimum (mm)
Ukuran Maksimum Agregat (mm)
Dasar
Sisi
2,832
152,4 ± 2,5
152,4 ± 2,5
5,08
2,54
12,70
9,345
203,2 ± 2,5
292,1 ± 2,5
5,08
2,54
25,40
14,158
254,0 ± 2,5
279,4 ± 2,5
5,08
3,00
38,10
28,316
355,6 ± 2,5
284,4 ± 2,5
5,08
3,00
101,60

Bahan
Agragat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering.
Prosedur
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel. Keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
1)      Berat Isi Lepas
a.      Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
c.       Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d.      Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
e.      Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
2)      Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
a.      Timbang dan catat berat wadah (W1).
b.      Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
c.       Ratakan permukaan dengan menggunakan mistar perata.
d.      Timbang dan catatlah berat benda wadah beserta benda uji (W2)
e.      Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).

             Hasil Percobaan
Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Observasi I (kasar)
Padat
Gembur
A
B
C
A
B
C
A. Volume  wadah
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
B. Berat wadah
2,676  kg
2,676  kg
2,676  kg
2,676  kg
2,676  kg
2,676 kg
C. Berat wadah+benda uji
6,690 kg
6,759 kg
6,587 kg
6,269 kg
6,262 kg
6,274 kg
D. Berat benda uji (C-B)
4,014 klg
4,083 kg
3,911 kg
3,593 kg
3,586 kg
3,598 kg
Berat volume (D/A) :  
1,443 kg/l
1,443 kg/l
1,406 kg/l
1,292 kg/l
1,289 kg/l
1,294 kg/l
Berat volume rata-rata :
1,4396 kg/l
1,289 kg/l
Observasi II (halus)
Padat
Gembur
A
B
C
A
B
C
A. Volume  wadah
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
2,781 lt
B. Berat wadah
2,676  kg
2,676  kg
2,676  kg
2,676  kg
2,676  kg
2,676 kg
C. Berat wadah+benda uji
7,025 kg
7,068 kg
7,029 kg
6,679 kg
6,724 kg
6,803 kg
D. Berat benda uji (C-B)
4,349 kg
4,392 kg
4,353 kg
4,003 kg
4,048 kg
4,127 kg
Berat volume (D/A) :
1,5638 kg/l
1,52 kg/l
1,5652 kg/l
1,4394 kg/l
1,46 kg/l
1,4839 kg/l
Berat volume rata-rata :
1,569 kg/l
1,4611 kg/l

             Analisis
Dari data hasil percobaan 3 kelompok tersebut, didapatkan berat volume agregat kasar pada kondisi gembur adalah 1,289 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat adalah 1,4396 Kg/L. Untuk agregat halus, dari hasil percobaan didapatkan berat volume agregat halus pada kondisi gembur adalah 1,4611 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi padat adalah 1,569 Kg/L. Hasil percobaan ini didapat dari percobaan 3 kelompok.
Dari data hasil percobaan tersebut didapatkan bahwa berat volume padat lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini berlaku baik pada agregat kasar maupun agregat halus. Ini membuktikan bahwa pelakuan berbeda yaitu dipadatkan dan tidak dipadatkan mempengaruhi berat volume agregat karena saat tidak dipadatkan, agregat mengandung lebih banyak rongga yang berisi udara dibandingkan yang tidak dipadatkan.

2.      Analisis Saringan Agregat Kasar dan Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar melalui uji saringan yang akan digunakan untuk pembuatan beton
Alat
-          Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
-          Seperangkat saringan dengan ukuran:
Spesifikasi Saringan Agregat Halus
Nomor Saringan
Ukuran Lubang
Keterangan
Mm
Inci
-
9,5
3/8
Perangkat saringan untuk agregat halus

Berat minimum contoh:
500 gr
No. 4
4,75
-
No. 6
2,36
-
No. 16
1,18
-
No. 30
0,60
-
No. 50
0,003
-
No. 100
0,150
-
No. 200
0,075
-
Spesifikasi Saringan Agregat Kasar
Nomor Saringan
Ukuran Lubang
Keterangan
Mm
Inci
-
25,4
1
Perangkat saringan untuk agregat kasar

Berat minimum contoh:
2000 gr
-
19
3/4
-
9,5
3/8
No. 4
4,75
-
No. 8
2,36
-
No. 30
0,6
-

-          Alat pemisah contoh (sample spliter)
-          Talam-talam
-          Sekop
-          Timbangan
Bahan
Agregat kasar dan agregat halus yang sudah dikeringkan menggunakan oven

Prosedur Pemeriksaan
a.      Ambil agregat halus sebanyak 500 gram. Ukur berat bahan menggunakan timbangan.
b.      Tuangkan bahan ke dalam set saringan agregat halus kemudian goyangkan hingga agregat terpisah berdasarkan ukurannya
Menuangkan bahan ke saringan
Saringan digoyangkan
c.       Timbang berat agregat dari setiap saringan dan pan, serta catat beratnya
d.  Untuk agregat kasar, ambil agregat sebanyak 3000 gram dan lakukan hal yang sama menggunakan set saringan agregat kasar.

Hasil percobaan
Tabel Hasil Analisis Saringan Agregat Halus
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gram)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90
9.5
0
0
0
100
100
4.75
2
0,4
0,4
99,6
95-100
2.36
70
14,06
14,46
85,54
80-100
1.18
144
28,92
43,38
56,62
50-85
0.6
138
27,71
71,09
18,91
25-60
0.3
75
15,06
86,15
13,85
10-30
0.15
56
11,24
97,39
2,61
2-10
0.075
10
2,01
99,4
0,6
PAN
3
0,6
100
0
Modulus Kehalusan: 4,1225

 Tabel Analisis Saringan Agregat Kasar
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gr)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90
25
0
0
0
100
100
19
251
7,46
7,46
92,54
90-100
9.5
2382
70,77
78,23
21,77
20-55
4.75
663
19,69
97,92
2,08
0-10
2.38
70
2,08
100
0
0-5
Modulus Kehalusan : 2,84


Analisis Data
Agregat halus yang baik memiliki modulus kehalusan di antara 1,5-3,8 sedangkan dari hasil percobaan, agregat halus memiliki modulus kehalusan sebesar 4,1225. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan ini kurang layak untuk digunakan sebagai bahan material beton. Hasil percobaan menghasilkan data modulus kehalusan untuk bahan agregat kasar adalah 2,84 sedangkan agregat kasar yang baik memiliki modulus kehalusan di antara 6,5-7,5. Kesimpulannya, bahan bahan yang dipakai saat praktikum ini kurang baik untuk digunakan dalam pembuatan beton

3.      Pemeriksaan kadar organik dalam agregat halus
Tujuan Percobaan
            Mengetahui kadar organik yang terkandung dalam agregat halus
            Alat dan Bahan
- Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH
- Standard warna (Organik plate)
- Larutan NaOH 3%
Pembuatan Larutan NaOH dengan mencampurkan 3 gram padatan NaOH dan 97 mL air

- Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol)
Prosedur Percobaan
a.    -  Masukkan 115 mL pasir ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
b. - Larutan NaOH 3% ditambahkan. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
c.  - Botol tersebut ditutup dan dikocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan dibiarkan selama 24 jam agar lumpu tersebut mengendap
d. - Setelah 24 jam, warna cairan yang terlihat dibandingkan dengan standar warna no.3 pada organic plate (apakah lebih tua atau lebih muda)
hasil pemeriksaan kadar zat organik
Hasil Pengamatan
Setelah dibiarkan selama 24 jam, air diatas bahan di dalam tabung berubah warna menjadi jingga. Jika dibandingkan dengan standar warna pada organic plate, warnanya mirip dengan standar warna no. 3

Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh larutan yang berwarna jingga. Warna yang mirip dengan no.3 pada standar warna menyatakan bahwa bahan ini layak digunakan untuk mix concrete design karena batas wajar yang diperbolehkan adalah warna No. 3 pada organic plate.

4.      Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
Tujuan Percobaan
            Menentukan persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton
Alat dan Bahan
-          Gelas pngukur
-          Alat pengaduk
-          Pasir secukupnyadalam kondisi lapangan
-          Air
Prosedur
a.      Contoh benda uji dimasukkan kedalam gelas ukur
b.      Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur
c.       Gelas ukur dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur
d.      Simpan gelas pada tempat yang datar dan dibiarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
e.      Ukur tinggi lumpur (V2) dan tinggi pasir (V1)
Hasil pengamatan
Volume lumpur : 10 ml
Volume pasir : 164 ml
Kadar lumpur : 10 / (164+10) = 5,747 %
Analisis
       Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar lumpur dari agregat halus tersebut sebesar 5,747%.       Sedangkan, persentase kadar lumpur maksimum yang diterima adalah 5%. Maka, bahan agregat          halus ini kurang baik untuk digunakan dalam mix design.

5.      Pemeriksaan kadar air agregat
Tujuan
Menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan.
Alat dan Bahan
-          Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh
-          Oven
-          Talam logam tahan karat dengan kapasitas besar bagi tempat pengeringan benda uji
-          Contoh agregat kasar dan agregat halus masing-masing 500 gram
Prosedur
a.      Timbang dan catat berat talam (W1)
b.      Masukkan benda uji kedalam talam, kemudian timbang ulang (W2)
c.       Hitung berat benda uji W3=W2-W1
d.   Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu  (110 ± 5)oC dingga beratnya tetap.
e.      Timbang lagi dan catat beratnya W4
f.        Hitung berat benda uji yang sudah kering W5=W4-W1
Analisis dan Hasil
Tabel Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Observasi I (Kelompok A)
Agregat Halus
Agregat Kasar
A.  Berat wadah
149 gram
  149 gram
B. Berat wadah + benda uji
1643 gram
2267 gram
C.  Berat benda uji (B-A)
1494 gram
2118 gram
D. Berat benda uji kering
1334 gram
1972 gram
Kadar air = (C-D)/DX100%
11,994 % [KA1]
7,403 % [KA1]
Observasi I (Kelompok C)
A.  Berat wadah
148 gram
161 gram
B. Berat wadah + benda uji
1280  gram
1280  gram
C.  Berat benda uji (B-A)
1132 gram
1081 gram
D. Berat benda uji kering
1020 gram
1019 gram
Kadar air = (C-D)/DX100%
10,980 % [KA2]
5,735 % [KA2]
Kadar air rata – rata (KA1+KA2)/2
11,487 %
6,569 %
            Analisis
            Kadar air pada agregat kasar sebesar 6,569% dan pada agregat halus 11,487%. Hal ini dikarenakan agregat halus sebelumnya ditempatkan di tempat yang lembab sedangkan agregat kasar ditempatkan di tempat yang kering

6.      Berat jenis dan penyerapan agregat
AGREGAT HALUS
Tujuan
Untuk menentukan specific gravity dan penyerapan agregat halus. Specific gravity ini diperlukan untuk menentukan nilai bulk specific gravity, bulk specific gravity SSD, atau apparent specific gravity. 
            Alat dan Bahan
- Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
- Piknometer dengan kapasitas 500 gram
- Cetakan kerucut pasir
- Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
- Berat contoh agregat halus 500 gram.
                                    Prosedur
a.      Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
b.      Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
c.       Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
d.      Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
e.      Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.
Perhitungan
Apparent Specific-Gravity                               = E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering             = E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD                = B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi                                        = ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering
Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Observasi I (Kelompok A)
A. Berat Piknometer
171 gram
B.  Berat contoh kondisi SSD
500 gram
C.  Berat piknometer + air + contoh SSD
955 gram
D.  Berat piknometer + air
669 gram
E. Berat Contoh Kering
454 gram
Apparent Spesific Gravity :    
2,70 %
Bulk Spesific Gravity (Kering) :    
2,12 %
Bulk Spesific Gravity (SSD) :    
2,336 %
Persentase Absorpsi Air :    
10,132 %
Observasi II (Kelompok B)
A. Berat Piknometer
171 gram
B.  Berat contoh kondisi SSD
500 gram
C.  Berat piknometer + air + contoh SSD
954 gram
D.  Berat piknometer + air
669 gram
E. Berat Contoh Kering
456 gram
Apparent Spesific Gravity :    
2,67 %
Bulk Spesific Gravity (Kering) :    
2,12 %
Bulk Spesific Gravity (SSD) :    
2,33 %
Persentase Absorpsi Air :    
9,65 %
Observasi II (Kelompok C)
A. Berat Piknometer
171 gram
B.  Berat contoh kondisi SSD
500 gram
C.  Berat piknometer + air + contoh SSD
957 gram
D.  Berat piknometer + air
668 gram
E. Berat Contoh Kering
425 gram
Apparent Spesific Gravity :    
3,125 %
Bulk Spesific Gravity (Kering) :    
2,014 %
Bulk Spesific Gravity (SSD) :    
2,3697 %
Persentase Absorpsi Air :    
17,65 %
Rata – Rata
Apparent Specific Gravity
2,83 %
Bulk Specific Gravity (kering)
2,0846 %
Bulk Specific Gravity (SSD)
2,3431 %
Persentase Absorpsi Air
12,4767 %


            Analisis Data
Dari hasil percobaan untuk agregat halus, didapatkan nilai Apparent specific gravity sebesar 2,83%, Bulk Specific Gravity (kering) 2,0846%, Bulk Specific Gravity (SSD) 2,3431 %, Persentase Absorpsi Air 12,4767 %. Data-data tersebut digunakan untuk koreksi saat penentuan koreksi dalam mix design

AGREGAT KASAR
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan specific gravity dan penyerapan agregat halus. Specific gravity ini diperlukan untuk menentukan nilai bulk specific gravity, bulk specific gravity SSD, atau apparent specific gravity. 
- Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 Kg
- Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
- Alat penggantung keranjang
- Handuk atau kain pel
- Agregat kasar sebanyak 3 kg dalam keadaan SSD
Prosedur Percobaan
a.      Benda uji direndam selama 24 jam
b.      Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaan habis, tetapi harus masih tampak lembab (kondisi SSD) , kemudian timbang benda uji (A).
c.       Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan rendam kembali kedalam air. Temperatur air (73,4±3) 0F dan kemudian timbang kembali (B). Sebelum menimbang, container diisi dengan benda uji, lalu digoyang – goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
d.      Keringkan benda uji pada temperatur (212 ± 130) 0F, kemudian didinginkan dan ditimbang(C).
Hasil Pengamatan
Apparent Specific grafity                     
Bulk Specific grafity kondisi kering     
Bulk Specific grafity kondisi SSD        
Persentase absorbsi                           
Keterangan:
A = berat (gram) contoh SSD
B = berat (gram) contoh dalam air
C = berat (gram) kering di udara


Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Observasi I (Kelompok A)
A.    Berat SSD
3000 gram
B.    Berat contoh dalam air
1949,5 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2890 gram
Apparent Spesific Gravity :    
3,072 %
Bulk Spesific Gravity (Kering) :    
2,751 %
Bulk Spesific Gravity (SSD) :    
2,855 %
Persentase Absorpsi Air :    
3,81 %
Observasi II (Kelompok B)
A.    Berat SSD
2710 gram
B.    Berat contoh dalam air
1691,5 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2652 gram
Apparent Spesific Gravity :    
2,76 %
Bulk Spesific Gravity (Kering) :    
2,6 %
Bulk Spesific Gravity (SSD) :    
2,66 %
Persentase Absorpsi Air :    
 2,19 %
Observasi II (Kelompok C)
A.    Berat SSD
2784 gram
B.    Berat contoh dalam air
1713,5 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2677 gram
Apparent Spesific Gravity :    
2,778 %
Bulk Spesific Gravity (Kering) :    
2,501 %
Bulk Spesific Gravity (SSD) :    
2,601 %
Persentase Absorpsi Air :    
3,997 %
Rata – Rata
Apparent Specific Gravity
2,87 %
Bulk Specific Gravity (kering)
2,617 %
Bulk Specific Gravity (SSD)
2,706 %
Persentase Absorpsi Air
3,33 %

Analisis Data
Dari hasil percobaan didapatkan nilai apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air dari agregat kasar yaitu 2,87%, 2,617%,  2,706%, 3,33%. Data hasil percobaan tersebut akan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat kasar dan air pada mix design.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar