Minggu, 16 Oktober 2016

PRAKTIKUM 2

Pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 kami melakukan praktikum Bahan Bangunan Laut kedua di Lab Rekayasa Struktur. Kali ini, kami mengolah data yang kami daptkan dari hasil praktikum pertama untuk menentukan rancangan beton(mix design).

Tujuan
Menentukan campuran beton yang memenuhi persyaratan kelecakan, kekuatan, dan durabilitas berdasarkan data yang telah diperoleh.


Faktor dan langkah perancangan proporsi Campuran Beton (mix design)
Step 1: Pemilihan nilai slump
Tabel 1: Nilai slump yang disarankan untuk berbagai jenis pengerjaan konstruksi jika nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi
Jenis Konstruksi
Slump (mm)
Maksimum
Minimum
Dinding pondasi, footing, dinding basemen
75
25
Dinding dan balok
100
25
Kolom
100
25
Perkerasan dan lantai
75
25
Beton dalam jumlah besar (dam)
50
25

 
Step 2: Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar
Dasar pemilihan ukuran maksimum agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Ukuran maksimum agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.    1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
2.    1/3 tebal pelat
3.    3/4 jarak bersih selimut beton
4.    2/3 jarak bersih antar tulang

Step 3: Estimasi kebutuhan air pencampur dan kandungan udara
Penentuan ukuran agregat maksimum bertujuan untuk menentukan ukuran agregat kasar agar beton tidak mengalami segregasi pada saat pembuatannya. Selain itu, hal ini juga berguna agar agregat bisa bergerak pada saat penuangan beton hasil campuran ke bekisting sehingga agregat tidak menumpuk di satu bagian.Jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan slump tertentu bergantung pada ukuran maksimum agregat, gradasi agregat, kan kebutuhan kandungan udara.
Pemilihan ukuran agregat kasar maksimum harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
  • 1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
  • 1/3 tebal plat
  • 3/4 jarak bersih selimut beton
  • 2/3 jarak bersih antar tulangan
Tabel 2: Kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat
Jenis Beton
Slump (mm)
Air (kg/m3)
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
50 mm
75 mm
Tanpa penambahan udara
25 – 50
205
200
185
180
160
155
140
75 - 100
225
215
200
190
175
170
155
150 - 175
240
230
210
200
185
175
170
Udara yang tersekap (%)
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0,3
Dengan penambahan udara
25 - 100
180
175
165
160
150
140
135

75 - 100
200
190
180
175
160
155
150
150 - 175
215
205
190
180
170
165
160
Udara yang disarankan (%)
8
7
6
5
4,5
4
3,5

Step 4: Pemilihan nilai perbandingan air semen
Hubungin rasio air semen dan kuat tekan beton sangat berpengaruh pada pencampuran beton ini. Untuk mencari kuat tekan, gunakan rumus fm. Biasanya pada kondisi lapangan karena itu adalah kondisi terburuk.
Tabel 3: Hubungan rasio air – semen dan kuat tekan beton
Kuat tekan beton umur 28 hari (MPa)
Rasio Air Semen
Tanpa Penambahan Udara
Dengan Penambahan Udara
48
0,33
-
40
0,41
0,32
35
0,48
0,40
28
0,57
0,48
20
0,68
0,59
14
0,82
0,74
Nilai kuat tekan beton yang digunakan adalah nilai kuat tekan beton rata – rata yang dibutuhkan, yaitu:
fm = fc’ + 1,34 sd
fm = nilai kuat tekan beton rata-rata
fc’ = nilai kuat tekan karakteristik
sd = standar deviasi

Tabel 4: Klasifikasi standar deviasi untuk berbagai kondisi pengerjaan
Kondisi Pengerjaan
Standar Deviasi (MPa)
Lapangan
Laboratorium
Sempurna
< 3
< 1,5
Sangat baik
3 – 3,5
1,5 – 1,75
Baik
3,5 – 4
1,75 – 2
Cukup
4 - 5
2 – 2,5
Kurang baik
> 5
> 2,5
Harga rasio air semen tersebut biasanya dibatasi oleh harga maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi exposure (lingkungan) tertentu.

Step 5: Perhitungan kandungan semen
Berat semen yang digunakan adalah sama dengan jumlah berat air pencampur (step 3) dibagi dengan rasio air semen (step 4).

Step 6: Estimasi kandungan agregat kasar
Tabel 5: Volume agregat kasar per satuan volume beton untuk beton slump 75-100 mm
Ukuran maksimum agregat kasar (mm)
Volume agregat kasar per satuan volume beton untuk berbagai nilai modulus kehalusan pasir
2,40
2,60
2,80
3,00
10
0,50
0,48
0,46
0,44
12,5
0,59
0,57
0,55
0,53
20
0,66
0,64
0,62
0,60
25
0,71
0,69
0,67
0,65
40
0,75
0,73
0,71
0,69
50
0,78
0,76
0,74
0,72
75
0,82
0,80
0,78
0,76
150
0,87
0,85
0,83
0,81

Tabel 6: Faktor koreksi untuk nilai slump yang berbeda
Slump (mm)
Faktor koreksi untuk berbagai ukuran maksimum agregat
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
25 – 50
1,08
1,06
1,04
1,06
1,09
75 – 100
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
150 - 175
0,97
0,98
1,00
1,00
1,00

Berat agregat kasar = massa AK / volume AK x Faktor koreksi

Step 7: Estimasi kandungan agregat halus
Jumlah pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
1.    Cara perhitungan berat (weight method)
2.    Cara perhitungan volume absolut (absolut volume method)
Tabel 7: Estimasi awal untuk berat jenis beton segar
Ukuran maksimum agregat (mm)
Estimasi awal berat jenis beton (kg/m3)
Tanpa penambahan udara
Dengan penambahan udara
10
2285
2190
12,5
2315
2235
20
2355
2280
25
2375
2315
40
2420
2335
50
2445
2375
75
2465
2400
150
2502
2435

Berat agregat halus = berat beton segar-berat agregat kasar-air-semen

Step 8: Koreksi kandungan air pada agregat
Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa berbeda dari yang seharusnya. karena perhitungan sebelumnya dalam kondisi saturated maka, kandungan air pada agregat harus dikoreksi
Berat AK = Berat AK x (1+%koreksi daya serap air)
Berat AH = Berat AH x (1+%koreksi daya serap air)

Step 9: Trial mix
Koreksi berat air = Berat beton segar - berat AK koreksi - berat AH koreksi- semen

Kemudian simpulkan jumlah dari tiap tiap bahan yang diperlukan untuk membuat campran beton

Tidak ada komentar:

Posting Komentar