Penyebab utama korosi pada struktur beton bertulang di lingkungan laut
adalah penetrasi klorida pada beton. Namun kerusakan ini hanya terjadi pada
tulangan dan tidak menyebabkan kerusakan pada material betonnya. Ion klorida
ini menyerang lapisan pasif pada tulangan. Ketika mencapai nilai
tertentu(maksimum), lapisan pasif ini akan hancur. Korosi ini akan menghasilkan
lubang-lubang pada pokasi dimana lapisan pasif hancur yang disebut korosi
sumuran atau korosi pitting. Jika serangan karbonasi yang terjadi, lapisan
pasif akan mengalami depasivasi dan
membentuk korosi merata. Korosi pitting adalah korosi yang paling bahaya bagi
tulangan karena akan mempermudah terjadinya self catalysis dan menyebabkan
reduksi yang cepat. Terkadang kerusakan pada permukaan beton akibat reduksi
luas penampangnya tidak terlihat indikasinya.
Beton yang digunakan di lingkungan laut biasanya mengalami siklus
retak-korosi-retak. Beton yang mengandung microcracks mengalami serangan kimia,
beban impact, pengaruh suhu, dan lainnya. Hal hal tersebut menyebabkan
permeabilitas beton menjadi tinggi. Permeabilitas yang tinggi membuat air laut
dan udara masuk dan akan mengakibatkan korosi tulangan. Korosi ini akan
mengakibatkan pertumbuhan retak pada material beton. Retak yang terbentuk akan
mengakibatkan permeabilitas beton menjadi lebih tinggi dan begitu seterusnya
seperti siklus.
Masa/Umur layan adalah perioda saat struktur dapat memenuhi fungsi
strukturalnya di batas maksimal. Biasanya, umur layan hanya setengah dari
prediksinya. Hasil prediksi ini dipengaruhi oleh koefisien difusi ion klorida
dan jumlah konsentrasi klorida kritis pada permukaan tulangan. Prediksi laju
penetrasi ion klorida juga mempengaruhi. Mekanisme kerusakan struktur beton
yang diakibatkan korosi baja tulangan dari buku Tuuti tahun 1982 adalah laju
korosi biasa diabaikan, perioda inisiasi, perioda propagasi, konsekuensi.
Permodelan umur layan didasarkan pada kerusakan yang disebabkan oleh korosi
tulangan adalah model bebas korosi, model kerusakan korosi yang masih diterima,
dan model kerusakan akhir.perioda inisiasi dimulai ketika klorida telah
dipenetrasi melalui selimut beton dan lama kelamaan menyebabkan depasivasi
tulangan. Perioda propagasi dimulai ketika tulangan mengalami korosi lebih jauh
dan menyebabkan spalling. Mekanisme masuknya klorida adalah difusi, gaya
kaliper, permeasi dan difusi. Persamaan difusi yang digunakan adalah hukum
kedua FICK
C=C(x,t) adalah konsntrasi klorida pada jarak x pada waktu t
Dc = koefisien difusi (m2/s)
Untuk menghitung umur layan, kita perlu mengadakan tes. Langkah untuk estimasi penetrasi klorida adalah pengambilan sample beton, analisa kandungan klorida, hasil analisa diplot pada berbagai kedalaman. Solusi persamaan difusi FICK untuk strukter beton terendam dan zona pasang surut
Plot of Error Function
Nilai ambang batas untuk konsentrasi klorida Ccr adalah jumlah
konsentrasi klorida kritis yang diperlukan untuk berlangsungnya korosi.
Parameter yang mempengaruhi ambang batas adalah kualitas beton dan kondisi
lingkungan dan pembebanan. Nilai ambang batas untuk lingkungan laut (splash)
adalah 0,2% berat semen dan lingkungan yang tidak terlalu agresif 0,4% dari
berat semen. Sumber klorida saat pencampuran berasal dari air laut,
akselerator, dan agregat yang terkontaminasi klorida. Untuk beton yang sudah
mengeras, klorida berasal dari garam pengencer, pembasahan dan pengeringan air
laut, penggunaan bahan kimia yang mengandung klorida. Faktor yang mempengaruhi adalah
lokasi, kondisi lingkungan, dan material.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus